About Yusuf Mansur
Kendati sudah menjadi tokoh nasional yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, Yusuf Mansur tetap tawadhu dan ta'zhim terhadap guru-gurunya. Baik guru-guru Ibtidaiyah maupun guru-guru Tsanawiyah. Hal ini nampak terlihat dari caranya yang selalu mencium tangan mereka, saat bertemu. Dan acap kali ia menyempatkan diri untuk mampir di Madrasah tempat ia dibesarkan oleh guru-gurunya. Di antara guru-gurunya yang masih mengajar sampai saat ini antara lain:
Hasan Luthfy Attamimy, M.A., (sekarang Kepala MTs. Chairiyah Mansuriyah),
H.M. Naksabandi, S.Ag.,
Drs. Pramonohadi, Subagyo, S.Pd.,
Drs. H.M. Basuni, Abdun Najih, S.Pd.,
Halimatus Sa'diah, S,Pd.,
Drs. Syamsudin, M.Pd.,dan sebagiannya sudah wafat.
Pada tahun 1996, Ia terjun di bisnis informatika, sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit hutang dan membuatnya masuk rumah tahanan selama 2 bulan, dan hal serupa kembali terulang pada tahun 1998. Saat di penjara itulah, ia menemukan hikmah tentang sedekah. Selepas dari penjara, ia mencoba memulai usaha dari nol lagi dengan berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat kesabaran dan keikhlasan sedekah pula akhirnya bisnisnya mulai berkembang dari semula berjualan dengan termos, lalu gerobak sampai kemudian memiliki pegawai. Hidup Yusuf Mansyur mulai berubah saat ia berkenalan dengan seorang polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama bekerja di LSM itulah, ia membuat buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya sewaktu di penjara saat rindu dengan orang tua.
Tak dinyana, buku itu mendapat sambutan yang luar biasa. Yusuf Mansur sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah kehidupan nyata. Gaya bicaranya yang simpel dan apa adanya saat berdakwah membuat isi ceramah mudah dicerna dan digemari masyarakat. Ia sekarang tengah menggeluti bisnis network yaitu VSI (Veretra Sentosa Internasional). Although he became a national figure who is known by the people of Indonesia, Yusuf Mansur remain tawadhu and ta'zhim against the teachers. Both teachers and teachers Ibtidaiyah Tsanawiyah. It seems evident from the way he always kissed their hands during a meeting. And often he took the time to stop in at the Madrasah where he was raised by his teachers. Among the teachers who still teach to date include:
Hasan Luthfy Attamimy, M.A., (now Head of MTS. Chairiyah Mansuriyah)
H.M. Naksabandi, S.Ag.,
Drs. Pramonohadi, Subagyo, S.Pd.,
Drs. H.M. Basuni, Abdun Najih, S.Pd.,
Halimatus Sa'diah, S, Pd.,
Drs. Syamsudin, M.Pd., and some had died.
In 1996, he falls in business informatics, dear business even cause it in debt and makes it into custody for 2 months, and the same thing was repeated in 1998. While in prison that he discovered the wisdom of alms. After prison, he tried to start a business from scratch again by selling ice at the terminal Kali Deres. Thanks to the patience and sincerity alms also ended his business began to develop from initially selling the flask, then the wagon until then had employees. Yusuf Mansyur life began to change when he met a policeman who introduced him to the NGO. While working in NGOs that, he made a Travel book Lost Heart for God. The book that was inspired by his experience while in prison when missed by parents.
Unexpectedly, the book was received overwhelming response. Yusuf Mansur surgeons are often invited to the book. From here, an invitation to lecture start him. In many speeches, he always emphasized the meaning behind the charity by giving examples of real life stories. His style is simple and it is time to preach making the content of digestible lectures and popular society. He was now in the business of network namely VSI (Veretra Sentosa International).