About Panyandra
Panyandra adalah kata-kata indah yang di ucapkan oleh panatacara, sebagai ungkapan gambaran terhadap suasana yang sedang di ceritakan / di hadapi, untuk disampaikan kepada semua orang yang mendengarkan / para penonton / tamu yang hadir, biasanya digunakan untuk menggambarkan keindahan tempat, kecantikan, ketampanan, dan keindahan keadaan, gambaran itu di sampaikan melalui ucapan kata-kata yang tersusun indah dengan menggunakan kesusastraan jawa yang tinggi, pengibaratan yang pas, dan memberikan perumpamaan kepada sesuatu yang aslinya lebih indah dari yang sedang terjadi, kesemuanya itu dimaksudkan agar keadaan yang sedang diceritakan bisa sesuai dan digambarkan sama dengan keadaan keindahan yang sebenarnya,
Karena bahasa panyandra kebanyakan menggunakan bahasa krama jawa yang tinggi dan kesusastraan yang tinggi pula, maka diharapkan untuk para pantacara yang memberikan panyandra ini harus benar-benar mengerti tentang bahasa jawa krama yang bagus, mengerti arti kata-kata yang ucapkan, dan bisa memberikan gambaran dan perumpamaan yang sesuai dengan keadaan, sehingga tidak terjadi kerancuan apalagi sampai ada penggambaran atau pengibaratan yang tidak pas apalagi sampai tidak cocok sama sekali,
Di dalam Upacara pengantin jawa Panyadra ini berperan penting, karena hidup dan matinya suatu upacara pengantin adat jawa sangat tergantung dari pada kecakapan panatacara mengolah kata selama prosesi upacara berlangsung, karena dalam upacara pegantin adat jawa, semua upacara yang dilangsungkan hanya merupkan simbol-simbol gerakan tanpa kata, dan semuanya itu perlu penerjemahan yang biasanya terdapat dalam kata panyandra yang diucapkan oleh sang pembawa acara upacara adat / panatacara.
Dalam pengolahan bahasa / bahasa yang digunakan, panatacara bisa menggunakan bahasa yang dikuasai ( selain bahasa jawa krama inggil ), karena kebanyakan pada zaman sekarang, kedua mempelai ada juga yang sudah lain suku dan adatnya, akan tetapi tetap salah satunya orang jawa, dan ingin menggunakan adat jawa dalam prosesi upacara pernikahanya, dengan demikiaan, panatacara bisa menyesuaikan bahasa panyandra, karena dikhawatirkan bila menggunakan bahasa jawa dengan kesusastraan yang tinggi, malah membikin keluarga besan yang dari lain suku tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksudkan,dalam hal ini ada dua pilihan yang bisa digunakan :
Selama proses upacara adat tetap menggunakan bahasa jawa dengan kesusastraan yang tinggi ( Krama inggil ) dan setelah prosesi selesai diberikan wacana tambahan tentang arti dari pada prosesi yang tadi berlangsung dengan menggunakan bahasa Nasional ( Bahasa Indonesia ).
Menggunakan Bahasa Nasional dalam menghaturkan panyandra upacara adat, karena apapun sukunya pasti mengerti akan bahasa Indonesia tersebut., yaitu dengan menterjemahkan bahasa panyandra yang sudah tersusun dalam bahasa jawa kedalam bahasa indonesia yang baik dan benar.
Untuk penggunaan salah satu dari dua cara tersebut panatacara hendaknya koordinasi terlebih dahulu kepada keluarga kedua mempelai, agar tidak terjadi kekeliruan kehendak tuan rumah / pamengku hajat denga keluarga besan. Panyandra are beautiful words were spoken by panatacara, as an expression of an idea of the atmosphere being told / in the face, to be delivered to all those listening / audience / guests present, is usually used to describe the beauty of the place, beauty, handsomeness and the beauty of the state, the image conveyed by speaking words that arranged beautifully by using literary Javanese high, allusion is fitting, and provide parable to something original is more beautiful than that was going on, all of which meant that the state is being told be appropriate and described the same as the state of true beauty,
Because language panyandra mostly uses language manners Java high and literature is also high, it is expected for the pantacara are on panyandra should really understand about the Java language manners are good, understand the meaning of words are spoken, and can provide an overview, parable appropriate to the circumstances, so there is no confusion especially until there are depictions of or allusion that do not fit especially until no match at all,
At the ceremony the bride Java Panyadra plays an important role, because life and death of a ceremony traditional wedding Java is highly dependent on the skill panatacara process words during a ceremonial procession takes place, because the ceremony pegantin custom Java, all ceremonies are held only merupkan symbols of movement without word, and all it needs translation, usually found in panyandra word uttered by the host of ceremonies / panatacara.
In the processing of the language / languages used, panatacara can use language-controlled (other than the Java language Krama Inggil), as most in contemporary times, the bride and groom some are already other races and cultures, but still one of the only people of Java, and want to use Javanese traditional procession ceremony of her wedding, with demikiaan, panatacara can adjust the language panyandra, because it was feared when using the Java language with literature that high, actually make family a relative that of other tribes do not understand at all what is intended, in this case there are two options can be used :
During the ceremonies continue using the Java language with high literature (Krama inggil) and after the procession is completed given additional discourse on the meaning of the procession was in progress by using the national language (Indonesian).
Using National Language in menghaturkan panyandra traditional ceremonies, because any tribe will certainly understand the Indonesian language., That is by translating language panyandra which are arranged in the Java language into the Indonesian language is good and right.
To use one of these two ways panatacara should be coordinated in advance to the families of the bride and groom, in order to avoid mistakes will host / pamengku lavatory premises besan family.