About BIOGRAFI GUS DUR
Abdurrahman “Addakhil”, demikian nama lengkapnya. Secara leksikal, “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”, sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Penerbit Thulis Media memberikan kesempatan bagi penulis buku, peneliti,dosen,guru, mahasiswa dsb bisa menerbitkan ebook bersama kami.
Hubungi Editor ThulisMedia ;
* Doni Dermawan : 08563669229
Facebook : https://www.facebook.com/thulismedia Abdurrahman "Addakhil", as its full name. Lexical, "Addakhil" means "the Conqueror", a name taken Wahid Hasyim, his parents, a pioneer of the Umayyads who has planted a milestone triumph of Islam in Spain. Later the word "Addakhil" is not well known and renamed "Wahid", Abdurrahman Wahid, and later became known as Gus Dur. "Gus" is a distinctive honor boarding call to a child kiai means "brother" or "mas".
Gus Dur is the son of the first of six children born in Denanyar Jombang East Java on August 4, 1940. Genetically Gus Dur is a descendant of "blue blood". His father, K.H. Wahid Hasyim is the son K.H. Hasyim Ashari, Jam'iyah founder of Nahdlatul Ulama (NU), an organization that Indonesia's largest Islamic mass-and the founder of Pesantren Tebu Ireng Jombang. His mother, Mrs. Hj. Sholehah is the daughter of the founder of Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. His maternal grandfather was also a leader of NU, which became Rais' Aam NU after K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Thus, Gus Dur is the grandson of two NU clerics at a time, and two of the nation of Indonesia.
Publisher Thulis Media provides an opportunity for authors, researchers, professors, teachers, students etc can publish an ebook with us.
Contact Editor ThulisMedia;
* Generous Doni: 08563669229
Facebook: https://www.facebook.com/thulismedia