About Kumpulan Solawat Langitan Mp3
Mbah KH. Mohammad Ma’roef RA. dilahirkan di dusun Klampok Arum Desa Badal Ngadiluwih Kabupaten Kediri pada tahun 1852. Beliau, berasal dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya, Mbah Yahi Abdul Madjid adalah pendiri pondok Klampok Arum selatan Masjid Badal dan seorang yang sangat dihormati dan ditokohkan di daerahnya. Konon ayahnya mempunyai kebiasaan tirakat dengan hanya makan kunir saja. Mbah Yahi Madjid menurut penuturan Mbah Yahi Ma’roef kepada murid-muridnya mempunyai kesabaran yang luar biasa. Ibunya yang ingin tahu bagaimana murahnya si suami sampai-sampai membuatkan sayur tom(sayur yang rasanya sangat pahit dan apabila sayur tersebut digosokkan ke kambing yang cacingan, seketika cacingnya mati) kemudian dihaturkan kepada suaminya. Tapi dengan lahap seolah merasa tidak kepahitan Mbah Yahi Madjid malah tersenyum manis sembari berkata “Segar sekali sayur buatanmu ini besok buatkan sayur seperti ini lagi, ya?” Pintanya kepada istrinya.
Mbah Ma’roef RA. Merupakan putra kesembilan dari sepuluh bersaudara. Tiga perempuan dan tujuh laki-laki. Saudara-saudaranya itu adalah:
Nyahi Bul Kijah, KH. Muhajir, Kyai Ikrom, Kyai Rohmat, Kyai Abdul Alim, Kyai Jamal, Nyahi Muntaqin, Kyai Abdullah, KH. Moh. Ma’roef dan Nyahi Suratun.
Mbah Ma’roef tidak lama merasakan kasih sayang ibunya, sebab ibunya sudah wafat ketika beliau masih kecil, sebagai gantinya, beliau mendapat kasih sayang dari ayah dan saudara-saudaranya. Akan tetapi tidak lama berselang, ayahnya juga menyusul ibunya sowan kehadirat Allah. Setelah itu Mbah Ma’roef diasuh oleh Mbah Yahi Bul Kijah, mbak ayunya yang sulung.
Karena kondisi ekonomi mbak ayunya yang juga pas-pasan, tak heran kalau di usia wajib belajar beliau belum bersekolah. Mbah Ma’roef hanya belajar mengaji Al Qur’an yang diajari sendiri oleh mbak ayunya. Itupun mbak ayunya sering mengeluh karena Mbah Ma’roef kecil belum bisa apa yang telah diajarkan seakan tidak ada yang nyantol di otak Mbah Ma’roef. Saking jengkelnya, akhirnya mbak ayunya menyuruh adiknya agar sering puasa Senin-Kamis. Saran tersebut dilaksanakan oleh Mbah Ma’roef.
Tidak lama setelah menjalankan puasa Senin-Kamis beliau bermimpi seekor ikan Mas meloncat masuk kedalam mulutnya. Sejak saat itu beliau langsung bisa membaca Al Qur’an sampai khatam. Beliau kemudian menemui mbak ayunya. “Mbak, aku sudah khatam al Qur’an.” Dilapori demikian Mbah Nyahi Bul Kijah kaget dan tidak percaya. “Kemarin saya ajari sulitnya minta ampun kok sekarang sudah khatam Qur’an.” Mbah Ma’roef kemudian berkata; “Kalau ndak percaya, akan saya baca sampeyan yang nyimak.” Mbah Ma’roef lantas membaca Al-Qur’an hingga khatam. Mbah KH. Mohammad Ma'roef RA. Arum Klampok born in the village Badal village Ngadiluwih Kediri in 1852. He came from a religious family. His father, Abdul Madjid Mbah Yahi is founder Arum Klampok cottage south Mosque Badal and a highly respected and ditokohkan in the region. It is said that his father had a habit of penance by simply eating turmeric only. Madjid Yahi Mbah Mbah Yahi Ma'roef according to the narrative to its pupils have tremendous patience. His mother, who wanted to know how the cheapness of the husband as to make vegetable tom (vegetable that tastes very bitter and if the vegetable is rubbed into the goat worms, the worm immediately die) then dihaturkan to her husband. But with gusto, as if feeling bitterness Mbah Majid Yahi even smiled as he said: "Very fresh vegetables this yours tomorrow Make a vegetable like this again, huh?" He said to his wife.
Mbah Ma'roef RA. Is the son of the ninth of ten children. Three women and seven men. Her siblings are:
Bul Nyahi Kijah, KH. Muhajir, Ikrom Kyai Kyai Rohmat, Kyai Abdul Alim, Kyai Jamal, Nyahi Muntaqin, Kyai Abdullah, KH. Moh. Ma'roef and Nyahi Suratun.
Mbah long Ma'roef not feel the love of his mother, because his mother had died when he was a kid, instead, he got the love of a father and his brothers. But not long ago, his father had also followed his mother sowan presence of Allah. After it was raised by Mbah Mbah Ma'roef Yahi Bul Kijah, Ms. ayunya firstborn.
Due to the economic conditions of Ms. ayunya also mediocre, do not be surprised if in the compulsory school age he was unable to attend school. Mbah Ma'roef just learned reading the Qur'an which taught himself by Ms. ayunya. Even then, Ms. ayunya often complain because Mbah small Ma'roef can not be what has been taught as if nothing had lodged in the brain Mbah Ma'roef. I was so annoyed, Ms. ayunya finally told her sister that often fasting every Monday and Thursday. These suggestions are implemented by Mbah Ma'roef.
Not long after fasting Mondays and Thursdays he dreamed of a fish Mas jumped into his mouth. Since then he can directly read the Qur'an to seal. He then met Ms. ayunya. "Ma'am, I'd seal the Koran," said Mbah Nyahi dilapori Bul Kijah shock and disbelief. "Yesterday I teach difficult for mercy why now seal the Koran." Mbah Ma'roef then said; "If ndak believe, would I read that nyimak sampeyan." Mbah Ma'roef then read the Qur'an to seal.