About Kisah Wali Songo
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Daftar isi
1 Arti Walisongo
2 Nama para Walisongo
2.1 Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2.2 Sunan Ampel (Raden Rahmat)
2.3 Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
2.4 Sunan Drajat
2.5 Sunan Kudus
2.6 Sunan Giri
2.7 Sunan Kalijaga
2.8 Sunan Muria (Raden Umar Said)
2.9 Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
3 Tokoh pendahulu Walisongo
3.1 Syekh Jumadil Qubro
4 Asal usul Walisongo
4.1 Teori keturunan Hadramaut
4.2 Teori keturunan Cina (Hui)
5 Sumber tertulis tentang Walisongo
6 Referensi
7 Lihat pula
8 Pranala luar
Arti Walisongo
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada semb
ilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan. Walisongo or Walisanga known as a propagator of Islam in Java in the 14th century they lived in three key areas are northern coast of Java, namely Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban in East Java, Demak-Holy-Muria in Central Java, and Cirebon in West java.
Walisongo era is the era of the end of the dominance of the Hindu-Buddhist cultural heritage to be replaced with Islamic culture. They are a symbol of the spread of Islam in Indonesia, particularly in Java. Of course many other figures who also play a role. But they were very big role in establishing the Islamic kingdom in Java, as well as its influence on the culture of society at large as well as propaganda directly, making the Walisongo is more known than others.
Table of contents
1 Meaning Walisongo
2 Name the Walisongo
2.1 Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2.2 Sunan Ampel (Raden Rahmat)
2.3 Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
2.4 Sunan Drajat
2.5 Sunan Kudus
2.6 Sunan Giri
2.7 Sunan Kalijaga
2.8 Sunan Muria (Raden Umar Said)
2.9 Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
3 People predecessor Walisongo
Sheikh 3.1 Jumadil Qubro
4 The origin Walisongo
4.1 The theory of descent Hadramaut
4.2 Theory of Chinese (Hui)
5 Source written about Walisongo
6 References
7 See also
8 External links
meaning Walisongo
Mosque Demak, believed to be a gathering place for the trustees earliest.
There are several opinions as to the meaning Walisongo. The first is the guardian of nine, which indicates the number of existing trustee hide no
ilan, or dross in the Java language. Another opinion says that the word Songo / dross is derived from the word tsana which in Arabic means noble. Other opinions say the word again there comes from the Javanese language, which means a place.
Another opinion says that Walisongo is an assembly of propaganda which was first established by Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) in the year 1404 AD (808 AH). [1] The Walisongo was a reformer of society at the time. Their influence is felt in various forms of manifestation of a new civilization Java community, ranging from health, about planting, commerce, culture, art, society, up to the government.